Entri Populer

Jumat, 12 November 2010

PEMERIKSAAN NEUROLOGI

Pemeriksaan neurologi adalah pengkajian dari respon saraf sensorik dan motorik khususnya refleks, untuk menentukan apakah ada gangguan pada sistem saraf. Pemeriksaan ini dapat digunakan sebagai alat skrining dan investigasi adanya ketidaknormalan. Pemeriksaan neurologi meliputi 7 bagian yaitu pemeriksaan status mental, test saraf kranial, pemeriksaan sensasi (sensori), sistem motorik, pemeriksaan refleks tendon dalam, pemeriksaan koordinasi, dan test khusus. Alat- alat yang dibutuhkan dalam pemeriksaan ini antara lain:

• Reflex Hammer
• 128 and 512 (or 1024) Hz Tuning Forks
• A Snellen Eye Chart atau Pocket Vision Card
• Pen Light atau Otoscope
• Wooden Handled Cotton Swabs
• Klip kertas


Inspeksi dan observasi
Pemeriksaan diawali dengan membina hubungan saling percaya dengan klien. Pada saat berkenalan dan berbincang-bincang, observasi bagaimana klien berbicara, duduk, berjalan, ekspresi wajah, dan caranya berinteraksi sosial. Dari proses awal ini pemeriksa dapat melihat keabnormalan dan diagnosis awal pada klien.
A. Pemeriksaan status mental
Pemeriksaan status mental dilakukan dengan mendesain suatu pertanyaan sederhana yang dapat diajukan untuk mengecek kemampuan kognitifnya. Pemeriksaan ini meliputi:
- Status kesadaran (kewaspadaan dan responsif terhadap lingkungan dan sensasi)
- Penampilan dan perilaku secara umum
- Mood
- Isi pikiran
- Sumber intelektual (orientasi terhadap waktu, tempat, dan orang, kemampuan untuk memberi perhatian, ingatan, memutuskan, fungsi bahasa dan bicara, dan kapasitas intelektual)
Klien diminta untuk mengingat objek yang telah dicatat, mengulang kalimat, menyelesaikan soal matematika sederhana, meniru gambar tiga dimensi, dan menggambar jam. Ketika mengetes fungsi bahasa dan bicara, pemeriksa mendengar setiap kata yang diucapkan, kelancarannya, kemampuan klien mengerti dan memahami perintah, serta kemmapuan membaca dan menulis.


B. Saraf Kranial

http://www.web-books.com/eLibrary/Medicine/Physiology/Nervous/cranial_nerves.jpg
Observasi adanya:
• Ptosis adalah kondisi kelopak mata yang tidak dapat membuka dengan optimal seperti mata normal ketika memandang lurus ke depan. Kelainan pada saraf ke III.
• Facial Droop or Asymmetry : kelumpuhan otot wajah karena trauma, infeksi, atau pengangkatan tumor di dekat atau pada saraf wajah. (VII)
• Hoarse Voice (X)
• Articulation of Words (V, VII, X, XII)
• Abnormal Eye Position (III, IV, VI)
• Abnormal or Asymmetrical Pupils (II, III)
Saraf Olfaktori (I)
Teknik pemeriksaan Respon Normal Respon Abnormal
- Stimulus tidak yang mengiritasi.
- Tes salah satu nostril dan yang lainnya ditutup.
- Pasien tidak melihat stimulus - Dapat menerima dan merespon bau. - Kehilangan sebagian fungsi mungkin untuk menjadi signifikan dan mengimplikasikan lesi struktur otak yang mempengaruhi jalur olfaktori.
- Kehilangan bilateral dapat terjadi dengan rinitis.
Saraf Optik (II)
a. Visual acuity
Teknik pemeriksaan:
- Setiap mata dites bergantian
- Setiap orang dengan ketidaktepatan visual acuity, kurang dari 20/20 seharusnya diperiksa dengan pinhole.
- Jarak test dengan snellen 10-20 kaki atau 6 meter atau menggunakan near vision card berjarak 14 inchi.
- Pasien diinstruksikan untuk membaca secara progresif pada garis yang lebih kecil sampai tidak terlihat
Respon normal: Sebagian besar anak muda mamiliki kemmapuan visual 20/20
b. Lapang pandang
Teknik Pemeriksaan Respon normal
- Jarak pemeriksa sekitar 1 m.
- Sarankan pasien melihat mata pemeriksa untuk monokular test.
- Objek (jari dari samping)mata pemeriksa, pasien diminta menyebutkan pertama kali ia melihat objek. - Lapang pandang normal monokular sekitar 100 derajat samping 60 derajat tengahsuperior, dan 75 derajat inferior.
c. Reaksi pupil terhadap cahaya
- Matikan lampu jika perlu
- Minta pasien untuk melihat ke satu sisi depan
- Sinari setiap pupil dari samping
- Lihat respon pupil langsung dan konsensual.
- Hitung ukuran pupil dan kesimetrisannya
- Jika abnormal, lanjutkan dengan test untuk akomodasi.

Saraf Oculomotor(III), Trochlear (IV), Abducens (VI)
Teknik pemeriksaan
 Pemeriksa menempatkan dirinya sekitar 1 meter dari pasien.
 Minta pasien untuk melihat setiap sisi,atas, bawah, membentuk pola ‘H’.
 Minta pasien mengikuti target misalnya jari pemeriksa dengan matanya tanpa menggerakkan kepala.
 Hentikan sejenak setiap akhir perintah untuk mengobservasi nistagmus.

Saraf Trigeminal (V)
Saraf kelima ini terdiri dari tiga sensori (V1, V2 and V3) dan komponen motorik V3. Sensasi dites dengan sentuhan ringan dengan kapas, suhu dengan garpu tala dingin dan nyeri dengan jarum.
Teknik Pemeriksaan: sentuhkan kapas ke dahi, pipi, dan dagu
• t

Refleks kornea
• Jelaskan kepada pasien apa yang akan dilakukan
• Stimulasi kornea sejak konjungtiva sklera sedikit sensitif.
• Sentuh kornea ringan dengan kapas, observasi gerakan mata, kedipan.
• Ulangi pada sisi yang sebelahnya.
Nyeri dan temperatur
Motorik  jaw jerk refleks

Saraf facial (VII)
- Observasi untuk facial droops dan kesimetrisan
- Minta pasien untuk mengikuti, catat kelemahan dan kesimetrisan:
 Meninggikan alis
 Menutup mata
 Tersenyum
 Menunjukkan gigi
 Menggembungkan pipi
 Mengerutkan wajah

Saraf Vestibulocochlear (Acoustic) (VIII)
Teknik pemeriksaan:
1. Pendengaran
- Tutup telinga sebelahnya. Pasien tidak seharusnya dapat membaca gerakan bibir. Minta pasien untuk mengulang angka yang diucapkan. Jika tidak dapat dilakukan, tingkatkan volumenya.
- Bandingkan antara konduksi udara dan tulang  Rinne test. Tempatkan garpu tala yang bergetar di tulang matoid. Gunakan 512 Hz garpu tala. Tanyakan pasien ketika dia tidak dapat mendengarnya lagi, lalu tempatkan pada telinga yang sebelahnya.
- Test untuk lateralisasi  test Weber. Tempatkan garpu tala yang bergetar pada bagian tengah dahi dan tanyakan pasien dimana mereka mendengarnya.
2. Vestibular Function
- komponen vestibular dari saraf dites dengan mengobservasi nistagmus ketika perpindahan ekstraokular dikaji.
Respon normal:
- Rhinne: konduksi udara (menerima suara garpu tala di depan telinga) lebih besar dari pada konduksi tulang.
- Weber: pasien akan mendengar sama untuk kedua telinga.

Saraf Glossopharingeal (IX) dan Vagus (X)
- Dengarkan suara pasien, apakah serak atau sengau
- Minta pasien untuk menelan
- Minta pasien untuk mengatakan ‘Ah’  lihat perpindahan palatum lunak dan faring.
- Tes gag refleks
Saraf Aksesori (XI)  mensuplai otot trapezius dan sternokleidomastoideus.
- Observasi atrofi dan kesimetrisan otot
- Amati untuk kecepatan dari bahu dan minta pasien untuk mengangkat bahu mereka melawan tahanan.
- Minta pasien mengubah kepalanya berlawanan ke sisi melawan tahanan, lihat dan palpasi otot sternokleidomastoideus.
- Minta pasien fleksi kepala ke depan melawan tahanan, tempatkan tangan yang berlawanan di belakang kepala dengan tegas menyokong leher pasien.
Saraf Hipoglossal (XII)
- Dengarkan artikulasi perkataan pasien
- Observasi pergerakan lidah
- Minta pasien untuk memindahkan lidah dari sisi ke sisi dan menjulurkan lidah.

C. MOTORIK
Observasi adanya pergerakan involunter, kesimetrisan otot (kiri ke kanan, proksimal ke distal), atrofi (lengan, bahu, dan betis), dan cara berjalan.
Tonus otot
- Minta pasien relaks
- Fleksi dan ekstensikan jari tangan, pergelangan tangan dan siku.
- Fleksi dan ekstensikan pergelangan kaki dan lutut.
- Observasi penurunan (flaccid) atau peningkatan (rigid/spatic) tonus.
Kekuatan otot:
- Minta pasien untuk melawan tahanan
- Bandingkan satu sisi dengan yang lainnya
Grading Motor Strength
Grade Description
0/5 No muscle movement
1/5 Visible muscle movement, but no movement at the joint
2/5 Movement at the joint, but not against gravity
3/5 Movement against gravity, but not against added resistance
4/5 Movement against resistance, but less than normal
5/5 Normal strength
Pronator Drift
- Minta pasien untuk berdiri 20-30 detik dengan kedua lengan diluruskan kedepan, telapak tangan, dan mata tertutup.
- Instruksikan pasien untuk menjaga tanggannya tetap saat pemeriksa menekan tangannya ke bawah.
- Pasien tidak akan dapat mempertahankan ekstensi dan supinasi dengan penyakit saraf motorik bagian atas.

D. KOORDINASI
Serebelum adalah bagian dari otak yang mengontrol pergerakan volunter dan koordinasi motorik, mencakup postur. Test koordinasi menyediakan hasil tentang kondisi yang berdampak pada serebelum. Pemeriksa meminta pasien untuk memindahkan jarinya dari hidung ke jari pemeriksa, ke balakang dan selanjutnya dari hidung ke jari, menyentuh ujung. Pasien diminta untuk mengetuk jarinya bersama secara cepat dalam bentuk koordinasi atau memindahkan tangannya satu ke atas, belakang dan seterusnya. Koordinasi di ekstremitas bawah dapat ditest dengan meminta pasien menggosok tumit naik turu perlahan.
Romberg
- Bersiap untuk menangkap pasien jika ia tidak stabil
- Minta pasien berdiri dengan kaki dan mate tertutup 5-10 detik tanpa dukungan.
- Test dikatakan positif jika pasien menjadi tidak stabil (mengindikasikan masalah pada vestibular atau proprioseptif).


E. REFLEKS
Refleks tendon dalam
- Pasien haus relaks dan diposisikan sebelum dimulai.
- Respon refleks bergantung pada tenaga dari stimulus yang diberikan. Gunakan tidak lebih dari tenaga yang dibutuhkan untuk menimbulkan respon.
- Refleks dapat dikuatkan dengan meminta pasien menunjukkan kontraksi isometi dari otot yang lain. (merapatkan gigi).
Tendon Reflex Grading Scale
Grade Description
0 Absent
1+ or + Hypoactive
2+ or ++ "Normal"
3+ or +++ Hyperactive without clonus
4+ or ++++ Hyperactive with clonus
• Biceps (C5, C6)
1. Lengan pasien seharusnya difleksikan
2. Tempatkan jempol atau jari pemeriksa ke tendon bisep.
3. Lakukan refleks hammer pada jari.
• Triceps (C6, C7)
1. Dukung lengan atas dan biarkan lengan bawah pasien menjuntai.
2. Lakukan refleks hamer diatas siku.
3. Jika pasien duudk atau berbaring, feksikan lengannya pada siku dan pegang mendekati dada.
• Brachioradialis (C5, C6)
1. Letakkan lengan di pangkuan
2. Lakukan refleks pada 1-2 inchi diatas pergelangan tangan
3. Lihat fleksi dan supinasi telapak tangan.
• Abdominal (T8, T9, T10, T11, T12)
1. Gunakan objek tumpul seperti kunci
2. Serang abdomen lembut pada setiap sisi kedalam dan ke arah bawah atas (T8, T9, T10) dan bawah umbilikus (T10, T11, T12).
3. Catat kontraksi otot abdomen dan deviasi umbilikus terhadap stimulus.
• Knee (L2, L3, L4)
1. Tempatkan pasien duduk dengan kaki menjuntai
2. Serang tendon patelanya dibawah patela.
3. Catat kontraksi dari quadrisep dan ekstensi lutut.
• Ankle (S1, S2)
1. Dorsofleksi kaki
2. Serang tendon achiles
3. Lihat dan rasakan plantar flesi dari pergelangan kaki.
Refleks biseps Refleks triseps Refleks brakioradialis

Refleks abdominal Refleks lutut Refleks pergelangan kaki

Clonus
Jika refleks terlihat hiperaktif, lakukan tes pergelangan kaki klonus: ++
- Sokong lutut dalam posisi fleksi sebagian
- Dengan pasien yang rileks, sesara cepat dorsifleksi kaki
- Observasi ritme oscilations
Respon plantar (Babinski)
1. Lakukan sedikit goresan dengan bagian ujung palu refleksmulai dai tumit keatas sampai ibu jari
2. Catat pergerakan jari kaki, normalnya fleksi

F. SENSORI
Vibrasi
Gunakan garputala (128 Hz)
- Pertama tes dengan garpu tala yang tidak bergetar untuk memastikan bahwa pasien berespon terhadap stimulus yang tepat.
- Tempatkan batang garpitala pada sendi interphalangeal distal di jari pasien dan jarikakinya.
- Minta pasien mengungkapkan apa yang dirasakan
Subjective Light Touch
• Gunakan jari untuk menyentuh kulit secara ringan pada kedua sisi serentak
• Tes beberapa are pada ekstremitas atas dan bawah.
• Minta pasien untuk menceritakan jika ada perbedaan antar sisi  sensasi kekuatan.
Position Sense
1. Pegang kaki besar pasien terus menjauh dari jari kaki lain untuk menghindari gesekan. + +
2. Minta pasien "naik" dan "turun”
3. Dengan mata pasien tertutup meminta pasien untuk mengidentifikasi arah Anda memindahkan jari kaki.
4. Jika rasa posisi terganggu pindah posisi proksimal untuk menguji sendi pergelangan kaki.++
5. Uji jari dengan cara yang sama.
6. Jika diindikasikan pindah proksimal ke sendi metakarpofalangealis, pergelangan tangan, dan siku. + +

Tidak ada komentar:

Posting Komentar