Entri Populer

Kamis, 11 November 2010

PROGRAM PEMERINTAH DKI JAKARTA DAN PEMDA DEPOK TERKAIT KESEHATAN LANSIA

Lansia merupakan salah satu kelompok masyarakat yang istimewa. Kelompok ini membutuhkan pelayanan yang khusus dan lebih dibanding dewasa lain baik pelayanan kesehatan maupun fasilitas umum yang digunakannya. Lansia akan mendapatkan fasilitas dan pelayanan khusus dalam rangka perlindungan dan pemenuhan hak-hak mereka. Di rumah sakit misalnya diperlukan fasilitas khusus, antara lain berupa kursi roda, lift khusus, toilet, jalan (akses) bagi Lansia yang bertongkat, tangga, dan jenis fasilitas lain. Selain itu, juga terdapat pelayanan khusus berupa pelayanan geriatri.
1. Posyandu atau Posbindu lansia
Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu tidak hanya diperuntukkan bagi bayi dan balita saja, tapi posyandu untuk lansia pun ada. Tujuannya tidak jauh beda dengan posyandu biasanya yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan para lansia. Kegiatannya pun tidak jauh beda yaitu untuk pemeriksaan kesehatan rutin berupa pemeriksaan tekanan darah, status gizi, dan lain-lain. Dibeberapa tempat mungkin tidak menggunakan istilah posyandu tapi posbindu (Pos Pembinaan Terpadu), namun kegiatannya pun tak jauh berbeda.
Contohnya saja program posyandu yang dilakukan di daerah Jakarta Barat. Saat ini, di Jakarta Barat baru memiliki 16 posyandu lansia, dan diharapkan pada 2011 mendatang target pembangunan kembali 202 posyandu lansia di 578 RW di Jakarta Barat bisa direalisasikan. Kebutuhan posyandu bagi lansia saat ini sama pentingnya dengan posyandu bagi balita, karena lansia juga membutuhkan perhatian khusus untuk membuat mereka terhindar dari perasaan tertekan menghadapi sisa hidup. Dalam usia tersebut, mereka rentan terhadap serangan penyakit sehingga dibutuhkan perawatan yang bersifat kontinyu. Sasaran pelayanan posyandu lansia diutamakan bagi mereka yang kurang mampu di pemukiman-pemukiman padat.

2. Pelayanan Askes (kerjasama PT Askes dengan Pemda DKI Jakarta)
Menurunnya berbagai fungsi organ tubuh dan kondisi psikososial yang kurang mendukung akibat banyak kehilangan (pekerjaan, penghasilan, pasangan hidup, kawan) membuat lansia semakin rentan terhadap gangguan fisik dan psikologis. Berbagai penyakit degeneratif terkadang menyertai lansia dan itu pun memerlukan perawatan yang panjang bahkan seumur hidup. Melihat kondisi ini, Askes Center di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta membuka loket tersendiri untuk melayani peserta lansia ini. Para lansia dapat mengurus administrasi pengobatan di tempat yang sama, di mana mereka akan menjalani proses pengobatan. Menurut Mario, petugas Askes Center, Askes Center di RSCM Jakarta membuka stand khusus di Poliklinik Geriatri untuk mempermudah para peserta lansia dalam menjalani pengobatan. Selain pembukaan stand, Askes juga mengadakan senam sehat untuk para lansia. Peserta Askes yang berusia lanjut di RSCM dikumpulkan untuk
melakukan senam sehat. Sebab sehat jasmani dan rohani mendorong usia lanjut berkarya.
Beberapa peserta Askes Sosial ini mengaku bahwa sejak dua tahun lalu rutin memeriksakan kesehatannya ke Poliklinik Geriatri RSCM. Selama itu pula, dia tidak perlu bolak-balik untuk mengurus administratif pengobatan dan proses pengobatan. Hal senada juga dikatakan Fatimah
(62 tahun). Fatimah harus tetap rajin berkunjung ke Poliklinik Geriatri RSCM, dan mengikuti sejumlah prosedur pengobatan yang cukup banyak, seperti berjalan, pengukuran tinggi badan, mengukur tekanan darah, dan sebagainya. Adanya stand khusus ini memberi kemudahan bagi
dirinya dan peserta Askes lainnya.
Menurut Dokter Paskalis Gunawan, S.Ked, untuk meningkatkan kualitas lansia dapat dilakukan dalam bentuk pertemuan periodik. Dalam pertemuan banyak dibicarakan hal yang terkait langsung dengan keberadaan lansia, seperti aspek kesehatan, psikologis dan sosialnya. Topik-topik kesehatan yang dekat dengan mereka, seperti osteroporosis dan pikun, dapat diinformasikan
dalam pertemuan itu. Sebaiknya para Lansia memiliki kegiatan kelompok agar kontak sosial terus berlangsung. Tujuannya, agar Lansia memiliki kesempatan untuk saling bertukar informasi, saling belajar dan saling bercanda. Kontak sosial ini mendatangkan perasaan bahagia dan senang.

3. Pelayanan Sosial dari Depsos untuk Lansia
Pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan Depsos meliputi tiga sistem (Depsos, 2008):
a. Pelayanan sosial dalam panti (institutional-based services):
• Pelayanan sosial reguler dalam Panti Sosial Tresna Wredha (PSTW) di 243 panti untuk memenuhi kebutuhan hidup 11.416 lansia secara layak.
• Pelayanan harian (daycare services). Pelayanan sosial yang disediakan bagi lanjut usia yang bersifat sementara, dilaksanakan pada siang hari pada waktu tertentu.
• Pelayanan subsidi silang.
b. Pelayanan sosial luar panti (community-based services):
• Home Care. Pelayanan sosial bagi lanjut usia yang tidak potensial yang berada di lingkungan keluarganya. Misalnya, pemberian bantuan pangan, bantuan kebersihan, perawatan kesehatan, pendampingan, reksreasi, konseling dan rujukan. Pada tahun 2008 tercatat 5.812 lanjut usia yang menerima pelayanan ini di 33 provinsi.
• Foster Care. Pelayanan sosial bagi lanjut usia terlantar melalui keluarga orang lain.
• Jaminan sosial yang berupa tunjangan uang sebesar Rp. 300.000 per orang per bulan. Pelayanan ini telah dilakukan sejak tahun 2006 di 6 provinsi terhadap 2.500 lanjut usia. Pada tahun 2007 diterapkan di 10 provinsi terhadap 3.500 lanjut usia. Pada tahun 2008, lanjut usia yang menerima pelayanan ini menjadi 10.000 orang yang tersebar di 15 provinsi.
• Pemberdayaan lanjut usia potensial melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan Kelompok Usaha Bersama (KUBE). Di 33 provinsi, UEP menjangkau 14.218 orang dan KUBE menjangkau 6.320 orang.
• Pelayanan sosial masyarakat yang dilakukan melalui Pusat Santunan Keluarga (PUSAKA) dan Karang Lansia. Misalnya, di DKI Jakarta terdapat 115 PUSAKA dan 53 Karang Lansia yang melayani 5.615 orang.
c. Pelayanan terobosan (uji coba):
• Uji coba pelayanan harian lanjut usia di 5 lokasi, yaitu di PSTW Budhi Dharma Bekasi, Karang Wredha Yudistira Sidoarjo, PSTW Puspa Karma Mataram, Medan dan Kupang.
• Uji coba Trauma Center Lanjut Usia di 5 lokasi, yaitu DKI Jakarta, Jawa Barat, Yogyakarta, NTB, dan Makassar.
• Uji coba Home Care di 6 lokasi, yaitu di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Nanggro Aceh Darussalam, dan Kalimantan Selatan.
• Pelayanan dukungan di bidang kesehatan (seperti Puskesmas Santun Lansia dan Pengobatan Gratis/Kartu Gakin/JKM), ketenagakerjaan (penyiapan Pra Lansia memasuki lanjut usia), dan transportasi (reduksi tiket bagi lanjut usia).

4. Memperingati Hari Lansia Indonesia sebagai wujud kepedulian dan penghargaan terhadap para lanjut usia.
Peringatan Hari Lansia diperingati setiap tanggal 29 Mei sebagai wujud kepedulian dan penghargaan terhadap para lanjut usia. Tahun 2010 merupakan peringatan Hari Lansia yang ke XIV. Dalam sambutannya, Walikota Depok berpesan agar semua anggota masyarakat dapat terus menghidupkan semangat dengan menjaga kesehatan kehidupan para lansia, sehingga lebih produktif. Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia, Lansia adalah orang yang telah berusia 60 tahun ke atas. Sebagai wujud dari penghargaan terhadap orang lanjut usia, pemerintah membentuk Komisi Nasional Perlindungan Penduduk Lanjut Usia (Komnas Lansia), dan merancang Rencana Aksi Nasional Lanjut Usia di bawah koordinasi kantor Menko Kesra. Komnas Lansia dibentuk berdasarkan Keppres Nomor 52 tahun 2004 dan bertugas sebagai koordinator usaha peningkatan kesejahteraan sosial orang lanjut usia di Indonesia. Peringatan tersebut diawali dengan kegiatan senam bersama, dilanjutkan dengan pemeriksaan gula darah, kolesterol dan osteoporosis, serta berbagai perlombaan dan bazar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar